Selasa, 10 Januari 2012

SEMINAR KOMUNITAS PERAWATAN SOSIAL SMK NEGERI 2 MALANG



Malang, Januari 2012
Pada bulan Desember bertepatan dengan hari HIV/AIDS tepatnya 1 Desember dan hari Kesetiakawanan Sosial pada tanggal 20 Desember merupakan peristiwa yang tepat untuk diangkat oleh Komunitas Siswa Perawatan Sosial SMK Negeri 2 Malang guna menyelenggarakan Seminar ke 3 Komunitas Pekerjaan Sosial SMKN 2  MALANG yang telah diselenggarakan pada Kamis, 22 Desember 2011 mengangkat tema Dengan Jiwa Kesetiakawanan Sosial Tumbuhkan Kepedulian Terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). 
Kegiatan seminar yang terselenggara sudah ketiga kalinya menurut Drs. Apud Mahfud Alumni STKS Bandung selaku Kakomli Perawatan Sosial  SMK Negeri 2 adalah salah satu  Promes dan Prota yang diselenggarakan tiap akhir bulan dari Kompetensi Keahlian Perawatan Sosial. Kompetensi keahlian ini merupakan Kompetensi Keahlian yang pertama di SMK Negeri 2 Malang yang dulu dikenal dengan Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA) yang pada tahun 1973 berubah menjadi Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS) satu-satunya sekolah negeri yang memiliki kompetensi keahlian pekerjaan sosial di Provinsi Jawa Timur.
 
Seminar tersebut lanjut Drs. Apud Mahfud merupakan aplikasi dari Dasar Kompetensi Kejuruan Perawatan Sosial yaitu Melakukan Kerjasama dengan Klien dan Lingkungan Sosialnya, dimana dengan seminar tersebut bertujuan mengasah dan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat berkomunikasi serta mempertajam kepekaan siswa terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat sekitar kita.
Seminar kali ini yang diikuti sekitar 140 peserta dari siswa kompetensi keahlian Perawatan Sosial dengan menghadirkan pembicara dari guru kompli Perawatan Sosial, siswa dan nara sumber dari luar atau instansi terkait.
Pembicara pertama yaitu Poppi adalah siswa kelas XII Perawatan Sosial 3 yang sekarang ini sedang mempersiapkan diri untuk menempuh ujian kompetensi keahlian dan UAN.
Menurut cewek yang setiap harinya berkacamata, tidak hanya kita berani mengatakan tidak pada narkoba tetapi kita harus berani memerangi narkoba dan seks bebas, dia juga menyampaikan kepada para peserta seminar yang sebagian besar adalah pelajar untuk menghindari dan  meninggalkan gaya pacaran yang sakit.

Seminar dilanjutnya oleh Andarwati, SPd selaku pembicara ke dua dari Guru kompetensi keahlian Perawatan Sosial alumni STKS juga Universitas Kanjuruhan ini. Paparannya dalam seminar kali ini adalah bagaimana Penanggulangan Korban HIV/AIDS yang dikaitkan dengan peran dan fungsi Pekerjaan Sosial serta Prinsip-Prinsip Dasar Pekerjaan Sosial. Menurut  Andarwati bahwa tema Dengan  Jiwa Kesetiakawanan Sosial Tumbuhkan Kepedulian Terhadap ODHA adalah salah satu bentuk dari penerapan Prinsip Dasar Pekerjaan Sosial yaitu : Human Dignity, Self Determinition, Equal Opportunity dan Social Respon Ability dan memberikan gambaran kepada para peserta seminar yang merupakan calon-calon pekerja sosial untuk dapat menerapkan fungsi dan peran mereka dalam menyikapi masalah ODHA  (Orang Dengan HIV/AIDS) tersebut. Mengingat masalah ini dari data temuan di lapangan yang di kutib pada Media Cetak ANTARA lanjut Andarwati bahwa penyebaran AIDS di Indonesia sangat cepat terutama di pulau Jawa. Menunjukkan peningkatan yang sangat tajam sekali yaitu khusus di kota Malang Raya              ( Malang Kota, Kabupaten Malang dan Batu) di tahun 2010 sudah mencapai 1500 orang dan dari 1500 penderita ini yang terdeteksi melalui konseling atau Klinik Voluntary Counselling dan Testing for AIDS (VCT) yang ada di RSSA dan RSI Unisma Malang yang tren dari penderita tersebut adalah 5 sampai 10 persen adalah ibu rumah tangga dan 5 persen adalah dari kelompok pelajar.

Untuk mengatasi masalah tersebut lanjut Andarwati prinsip utama penanganan korban HIV/AIDS adalah :
1.        Pencegahan jangan sampai masalah terjadi dan / jika sudah terjadi jangan sampai berkembang      dan menyebar luas
2.        Perlindungan fisik, mental/psikis dan sosial
3.        Pemenuhan kebutuhan dasar pada ODHA yaitu hak hidup, hak melangsungkan kehidupan dan        hak untuk berkarya
4.        Rehabilitatif fisik dan mental ODHA serta perbaikan lingkungan sosial dimana ODHA tinggal
5.        Pengembangan potensi ODHA dan sistem sumber
Sedangkan upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah dalam masalah ini adalah :
1.        Perbaikan sistem perundang-undangan
2.        Pelayanan langsung dengan menggunakan sistem kelembagaan (perpantian) dan                           non kelembagaan ( di luar panti )
3.        Membangun jaringan kerja dengan berbagai instansi terkait
4.        Menggerakan partisipasi masyarakat secara perseorangan / keluarga
5.        Membangun jaringan kerja dan mendorong  peran swasta ( dunia usaha ) untuk melaksanakan     kegiatan usaha kesejahteraan  sosial bagi ODHA dan keluarganya
Upaya tersebut adalah pencerminan dari motto Pekerjaan Sosial yang harus tertanam dalam mental pekerja sosial yaitu SAMBRAMA UPEKSA MAROPHAHITA maknanya Rela berkorban menolong orang lain agar orang tersebut dapat menolong dirinya sendiri.

Seminar diakhiri dengan testimoni dari penderita ODHA yang divonis terinveksi HIV/AIDS stadium 4 plus dengan CD 4 dalam tubuh semula 16, sekarang sudah meningkat mencapai 645 berkat pertolongan Tuhan dan kegigihan melawan virus tersebut serta keinginan yang kuat  untuk sembuh sehingga dapat berbagi pengalaman bagi yang lain tutur Teguh Satriawan SE. MM alumni dari UB ini. Kegiatan beliau selain sebagai aktivis di bidang sosial terutama Narkoba dan HIV/AIDS, adalah juga sebagai dosen di berbagi PT dan sebagai pengusaha di kota Malang.
Pada kesempatan kali ini, Teguh menyatakan kekagumannya terhadap peserta seminar ternyata masih ada sekolah yang memiliki kompetensi keahlian yang menyiapkan orang-orang yang istimewa dan terpilih untuk peduli terhadap masalah-masalah sosial salah satunya yaitu peduli terhadap masalah HIV/AIDS. Menurut Teguh yang pernah tinggal di Jakarta, Untuk menjadi Insan Pekerja Sosial dalam kasus ODHA perlunya memiliki konsep pemahaman :
1.        Berusaha memahami tanpa investigasi
2.        Memiliki cukup pengetahuan dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
3.        Memiliki rasa ingin tahu yang cukup kuat
4.        Tangguh, ulet dan pantang menyerah
5.        Memiliki rasa empati yang sangat tinggi
6.        Rasa tanggap jawab moral kepada Tuhan
Sehingga nantinya pekerja sosial yang akan menangani kasus ODHA dapat :
1.        Mengenali kondisi fisik klien
2.        Mengenali kondisi latar belakang sosial
3.        Mengenali kondisi psikologis pasien
4.        Mengenali kondisi psikologis keluarga pasien
5.        Mengenali kondisi lingkungan sosial, teman, pasangan dll
Teguh  menambahkan bahwa kasus HIV/AIDS itu seperti fenomena gunung es yaitu yang nampak hanya puncaknya saja demikian dengan kasus HIV/AIDS karena yang terdeteksi dari data 1500 orang untuk Malang Raya saja kemungkinan bisa lebih dari angka tersebut. Untuk mengantisipasi kemungkinan orang-orang yang belum terdeteksi lanjut Teguh terhadap peserta seminar perlunya diketahui kelompok-kelompok yang rentan terhadap kasus HIV/AIDS yaitu ada 4 kelompok yang beresiko HIV/AIDS  adalah :
1.        Kelompok yang mempunyai perilaku dengan resiko tinggi
2.        Kelompok yang memiliki pekerjaan dengan resiko tinggi
3.        Kelompok yang mempunyai lingkungan dengan tingkat pengaruh resiko tinggi
4.        Kelompok yang menjadi obyek dari perilaku yang memiliki perilaku resiko tinggi

Teguh menambahkan untuk penderita ODHA yang ingin sembuh diperlukan kedisiplinan yang tinggi dan kebersihan, karena untuk dapat bertahan hidup penderita ODHA harus mengkonsumsi obat seumur hidup, sehingga diperlukan disiplin para penderita ODHA untuk minum obat tidak boleh terlambat apalagi lupa. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka penderita ODHA sangat membutuhkan orang pendamping minum obat (OPM), yaitu orang-orang yang peduli dan terpanggil untuk membantu penderita ODHA dan mereka adalah petugas pekerja sosial yang handal dan tangguh.
Demikianlah materi paparan dalam seminar sehari yang diselenggarakan di ruang Orens Edotel SMK Negeri 2 Malang oleh Komunitas Siswa Perawatan Sosial SMKN 2 Malang . Adapun bentuk nyata yang bisa dilakukan dalam sikap jiwa kesetiakawanan sosial tumbuhkan kepedulian terhadap ODHA yaitu  Always Thing Positive, Always Be Positive But Don’t Ever Be HIV Positive.(Malang, Ands)